semua bebas memaknai kehidupan...begitu pula kebebasan dalam memaknai setiap huruf dalam goresan hati dan pikiran ini

.


kadang hati ingin mengungkap...
kadang mulut malas untuk mengucap...

cuma satu cara untuk membuatnya terlontar...
lewat kata-kata ini aku coba bersua...

Jumat, 25 September 2009

ARRRGGGHHHH!!!!!!!

perasaan itu seperti bara
nyalanya redup
panasnya bisa menusuk...
BAKAR!!!! rasanya hati ini terasa
murka tau akan kenyataan

gundah dalam penantian kabar
resah untuk selalu menunggu
lelah perasaan kian terulang
habis kata tak usai perkara
MAAF!!!! berarti berhenti sejenak
pekak telinga dengar alasan
mudah sekali terucap

BENCI...
KESAL...
ARRRGGGHHH!!!!


emosi ini jadi sesal
terkadang saat logika menguasai diri
EGOIS KAH AKU????
tapi hanya ini caranya
untuk memahat sebongkah batu...
maka bagaimana tidak menjadi
BENCI...
KESAL...
ARRRGGGHHH!!!
[MK]

Jumat, 11 September 2009

itu...

apa rasanya
apa yang dipikirkan

itu ketika dia tak ingin diadakan
itu saat dia tidak diharapkan sinarnya
itu bila dia benar-benar terbuang

kini,,,itu sadar
akhirnya,,,itu tahu
di hari ini
di menit ini

dan aku yakin semua tidak memahami itu
itu hanya bisa merenung
aku tau benar perasaan itu
aku mengerti apa yang dipikirkan itu
karena itu adalah aku
[MK]

Jumat, 04 September 2009

Hidup Seperti Mimpi atau Mimpi Seperi Hidup

"Ri! Lo bisa anterin gue nggak? Gue mau belibaju nih. Maklum baru dapet duit dari nyokap", kata Ririn kepada Nuri saat bicara dengan nada riang di telepon. "Oke, sekalian deh gue juga mau beli aksesoris buat hp gue yang baru", jawab Nuri. "Ya udahRi, ntar gue jemput jam 11 tepat ya, bye". Percakapan berhenti saat Ririn dipanggiluntuk sarapan.

"Ma, nanti Nuri mau pergi sama Ririn, mau beli sesuatu buat hp Nuri yang baru, sekalian Nuri mau liat-liat sepatu, katanya sih lagi ada new arrival, oke mam", kata Nuri kepada mamanya yang sedang sibuk membaca koran pagi ini. "Kapan kamu mau pergi Ri?', tanya mama ke Nuri. "Nanti Ririn jemput jam 11 tepat". Mama berjalan ke kamar kerja papa yang jaraknya tidak jauh dari ruang keluarga. "Ma, jadi gimana dong?", Nuri memanggil mamanya yang sedang berjalan. "Sebentar mama tanya papa dulu".

"Tin..tin...", suara klakson mobil RIrin dari depan rumah Nuri. Siang itu Ririn membawa mobil starlet silver. Mobil itu baru didapat Ririn ketika ulang tahun yang ke -16 di bulan Mei kemarin. "Aduh, lo kok lama banget sih keluar rumahnya, bukannya nungguin gue di teras rumah aja", suara Ririn terdengar sinis. "Sori deh non. Trus sekarang kita mau kemana? Gimana kalo ke mall Taman Anggrek aja, kayanya lagi banyak kelauaran barang baru tuh", kata Nuri merayu Ririn agar tidak marah.

Akhirnya tiba juga mereka di mall Taman Anggrek. Perkiran tampak penuh di sana-sini, tapi akhirnya mereka mendapat parkir di arah barat. "Pertama mau kemana dulu nih?", Tanya Ririn ke sobatnya yang berambut panjang model layer masa kini. "Gimana kalo lo anterin gue dulu ke tempat aksesoris hp?", tanya Nuri sambil berjalan melewati restoran Pronto. "Oke", jawab Ririn penuh semangat. "Gue juga mau cari hp baru ah".

Setelah berkeliling mall selama sekitar dua jam, mereka pulang. Di perjalanan mereka bernyanyi-nyayi senang karena semua barang yang mereka inginkan sudah ada di dalam bagasi mobil. Mobil starlet Ririn meluncur cepat di jalanan. Mobil Ririn berhenti di depan rumah besar berpagar tinggi demgan warna hijau tua di daerah perumahan Bintaro Jaya. Nuri turun dari mobil Ririn, "thanks ya Rin". "Oke", jaawab Ririn dan Ririn kembali melanjutkan perjalanan ke rumahnya yang jaraknya hanya beberapa blok dari rumah Nuri.

Sesampainya di depan rumah, san saat Ririn berlalu, Nuri keheranan melihat ada mobil hyundai hitam metalik yang diparkir di pekarangan rumahnya. "Itu mirip mobil yang gue pengen, tapi mobil siapa ya", kata Nuri dalam hati. Ririn bergegas masuk ke dalam rumah.

"Gimana Nuri? Sudah liat mobilnya", kata papanya dan membuat Nuri semakin bingung. "Oh, iya...iya pa", jawab Nuri terbata-bata. "Tapi, emang ada tamu siapa pa?", katanya menambahkan. "Ya punya kamu", jawab papanya santai. "Itu juga kalau kamu mau, kamu boleh bawa ke sekolah, jadi tiap pagi papa nggak harus anter kamu ke sekolah. Mungkin untuk dua minggu ini kamu bisa minta anter pak Kosim, karena papa mau dinas ke Austria, gimana?", kata-kata papa begitu cepat dan membuat Nuri tercengang kegiarangan. "Makasih banyak ya pa. Nanti Nuri pikir-pikir dulu, mau dianter pak Kosim apa nggak. Sekali lagi makasih ya pa".

Selesai mandi, Nuri langsung membuka kantong-kantong plastik belanja yang ia bawa dari Taman Anggrek. Dibukanya satu per satu, sampai akhirnya ia mencoba sepatu barunya dan menelepon Ririn tentang kabar mobil barunya. "Nuri, turun sayang, kita makan malam dulu", suara mama menghentikan percakapannya dengan Ririn.

"Ri, Nuri...bangun, udah jam 9, bangun dng bantuin ibu. Kamu tuh udah gede, harusnya bantuin ibu nggak perlu disuruh, sana kamu nyapu!", suara ibu begitu keras hingga membangunkan Nuri. Ia membuka matanya, ternyata ia masih tinggal di rumah beratap rendah bersama dengan orang tua dan kedua saudaranya..."oh ternyata hanya mimpi". [MK]