semua bebas memaknai kehidupan...begitu pula kebebasan dalam memaknai setiap huruf dalam goresan hati dan pikiran ini

.


kadang hati ingin mengungkap...
kadang mulut malas untuk mengucap...

cuma satu cara untuk membuatnya terlontar...
lewat kata-kata ini aku coba bersua...

Rabu, 26 Mei 2010

urin..urin..


Jika kita mendengar kata urine a.k.a air kencing pasti yang terbayang langsung jijik. Yah... memang tidak dapat dipungkiri, namanya juga hasil buangan dari proses kerja dalam tubuh. Akan tetapi, mungkin sebagian dari kita sudah banyak yang tahu, bahwa si cairan yang terbayang menjijikan ini ternyata memang menyimpan manfaat.
Banyak yang sudah membuktikan manfaatnya. Teman dekat saya bercerita kalau ia dulu memiliki gigi yang kondisinya buruk sekali. Berlubang di geraham, dan cukup parah. Suatu ketika ia mengalami sakit gigi yang sangat menyiksa. Orang tuanya hanya menganjurkannya untuk berkumur dengan air kencingnya sendiri. Dan, setelah tiga hari ia melakukannya, terbukti bahwa giginya sembuh total, anehnya si geraham juga mengalami perbaikan, tidak ada lagi yang bolong, dan tidak pernah sakit gigi lagi hingga sekarang.
Selain itu, om saya yang divonis sakit komplikasi dianjurkan untuk terapi air kencing dengan meminumnya. Pengobatan alternatif menganjurkannya melakukan itu selama beberapa bulan, lalu sekarang dilanjutkan dengan minum air putih sebanyak 1 liter setiap pagi. Hasilnya, ia sembuh dari sakitnya dan ia tampak jauh lebih muda dan segar.
Air kencing yang digunakan untuk terapi bukan sembarangan, tetapi air kencing yang pertama kali kita keluarkan di pagi hari saat bangun tidur. Entah apa kandungan di dalamnya, tapi yang jelas untuk orang-orang terdekat saya, hal itu terbukti.
Oleh karena itu, saya mencobanya. Bohong kalau saya nggak merasa jijik di awal, dan terbayang perasaan yang tidak enak. Gigi saya bolong, walaupun belum kronis tapi rasa senut-senut sudah kian muncul, daripada harus ke doktr gigi dan berdarah-darah, serta perawatan rutin yang cukup mahal (dan saya memang takut untuk ke dokter gigi, parno liat alat-alatnya..hiiiiii), ditambah lagi proses perawatan yang dijelaskan dokter terdengar sangat mengerikan buat saya. Maka, saya putuskan untuk mencoba berkumur dengan air kencing. Kalau pada penasaran rasanya, hmmmm, saya bilang air kencing pertama saat kita bangun tidur itu tidak beraroma apa pun. Tapi saya tetap menutup hidung saya, karena parno kalau-kalau ada bau tidak sedap tercium. Dan rasanya hangat, pahit, asin, dan sepet. Lebih mirip seperti kumur memakai antiseptik. Setelah itu, sikat gigi deh....
Bagi yang masih penasaran sama terapi ini, silakan coba, jangan takut, dan yang penting yakin... Kalau masih ragu juga, silakan cari referensi buat lebih mengetahui manfaatnya.
Saya sendiri belum pernah coba untuk diminum, tapi kalau ada yang sudah pernah coba, boleh loh pengalamannya di share...

MK


*foto: www.bing.com

Selasa, 04 Mei 2010

Bicara Lewat Jempol


Ini bukan iklan loh..hanya ingin berbagi pikiran dan pengalaman.
Siapa dari kita yang pernah melihat orang-orang yang asyik dengan dunia ponselnya? Atau jangan-jangan satu di antara kita memang mengalaminya, kalau saya justru salah satu yang mengganggap kebiasaan itu aneh.
Era kemajuan teknologi melahirkan banyak teknologi baru. Salah satunya kemutakhiran sebuah ponsel. Tak hanya layanan telepon atau SMS, tetapi banyak sekali fitur yang ditawarkan oleh sebuah ponsel. Mulai dari browsing internet, gratis chatting, layanan jaringan pertemanan di internet, sampai nonton tv di internet.
Tanpa sadar, kemajuan teknologi ini membawa kemunduran hubungan sosial. Bagaimana tidak? Saat ini, jika kita sedang berada di tempat umum, katakanlah kereta (seperti kereta ekspres yang kerap kali saya gunakan sebagai transportasi). Saya jarang sekali bisa menemukan orang yang berbincang satu dengan yang lain.
Sempat saya perhatikan, sekawanan perempuan muda sekitar 24 tahun naik kereta bersama saya. Mereka duduk bersebelahan, tapi saya tidak melihat adanya perbincangan antara mereka. Masing-masing sibuk dengan ponselnya. Atau mungkin mereka sebenarnya berbincang, tapi melalui media ponsel....
Ini benar-benar kemunduran hubungan sosial. Tempat umum yang seharusnya sarana untuk kita bisa berbincang dengan orang-orang, baik kenal ataupun tak kenal, dan mungkin menjadi sarana orang tua dulu yang sering bilang "semoga ketemu jodoh di jalan", rasanya sulit untuk sekarang ini. Bagaimana bisa berkenalan dan akhirnya bertemu jodoh, ngobrol aja tidak. Masing-masing orang lebih memilih "autis" dengan hidupnya bersama ponsel dibandingkan sekadar berbasa-basi dengan orang di sebelahnya. Silaturahmi telah tergantikan dengan teknologi berbicara tanpa suara. Yah, inilah yang saya sebut dengan "bicara lewat jempol."

MK


*foto: www.bing.com